(Sekolahalam Jingga @ Malaysia,
27-29 Oktober 2015)
#Part 1
Menuliskan kembali perjalanan
rasanya membutuhkan waktu yang tak sedikit, karena banyak hal yang ingin
dikisahkan kemudian menjadi tempat berbagi pengalaman bersama.
Perjalanan kami ini terinspirasi
dari perjalanan sebelumnya bersama rekan-rekan di Jaringan Sekolah Alam
Nusantara. Dari perjalanan itulah Bu Febi dan saya membuat kerangka edutrip
untuk siswa Sekolah Alam Jingga tingkat menengah.
Kami membuat fiksasi jadwal
perjalanan edutrip teman-teman siswa di Bulan Oktober , dengan beberapa
destinasi yang juga banyak direview sebagai tujuan wisata. Tentu saja edutrip
siswa bukan dalam rangka wisata, tetapi teman-teman akan belajar banyak hal
dari negara lain untuk inspirasi kebaikan bagi negara ini dari berbagai sisi (Kebudayaan,
Tata Tertib, Sistem Transportasi, Lingkungan dan Konservasi, Kreativitas
di ruang publik, dan lainnya).
Sebelum keberangkatan,
teman-teman siswa dibekali tugas lembar kerja yang harus mereka isi terkait
tempat yang akan dituju di Malaysia, mereka boleh mencari sumber informasi dari
mana saja, internet, buku atau bertanya kepada orang tua mereka atau guru yang
pernah melakukan perjalanan kesana.
Kami juga berdiskusi tentang berbagai
tips untuk perjalanan seperti cara packing, kegiatan di bandara dan lainnya. Teman-teman
juga melakukan pembagian tanggung jawab untuk edutrip, memasak, bersih-bersih
apartemen dan saling menjaga antara anggota sekelompoknya nanti ketika di
perjalanan.
Siswa yang mengikuti edutrip
berjumlah 10 orang disertai rekan guru 4 orang (Pak Syahid, Bu Yuni, saya dan
Bu Febi), namun saya dan Bu Febi berangkat lebih dulu untuk ke Thailand dalam
rangka survey edutrip selanjutnya. (Kisah Thailand akan kami share nanti).
Meeting point kami di bandara
KLIA 2, membutuhkan waktu sekitar 2 jam menggunakan bus untuk menuju penginapan
di daerah Bukit Bintang. Sambil menunggu bus yang tiba sesuai jadwal tiket,
kami diskusi tentang bagaimana perjalanan mereka selama dari sekolah hingga
sampai di KLIA2.
Masing-masing siswa melakukan sharing
value di awal perjalanan ketika sampai, ada yang sharing tentang bandara, bahwa
bandaranya lebih bagus, lebih rapi dan bersih, ada yang share tentang
perhitungan penukaran uang rupiah ke ringgit dari sejak ketibaan, ada juga yang
share tentang makanan apakah khas di Malaysia, spesial bagi siswa yang hobi makan dan mereka langsung
mencari restoran terdekat. Nasi lemak yang menjadi tujuan utama.
Untuk menuju apartemen di Bukit
Bintang, maka harus menggunakan bus menuju KL Sentral dan kemudian dilanjutkan
dengan kereta yang harus transit di beberapa stasiun. Proses transit antar
kereta ini lumayan membuat teman-teman siswa cukup kelelahan, karena tracknya
harus berpindah dari kereta underground, ke kereta sejenis KRL kemudian
berakhir dengan naik monorail ke tujuan stasiun Bukit Bintang. Tak jauh dari
stasiun Bukit Bintang itulah apartemen kami menginap : Fahrenheit 88.
707
Kereta KRL dimana kami transit di Stasiun Hang Tuang |
Situasi apartemen sungguh di luar
ekspektasi kami, yang kami bayangkan apartemen seperti hotel bintang 3,
ternyata tidak demikian. Setelah keluar lift terdapat dua koridor terpisah,
dimana di masing-masing koridor terdapat dua pintu kamar yang dipintunya terdapat
nomor kamar.
Ketika akan masuk ke kamar inilah
terjadi kesalahan akibat asumsi dan memori saya yang ‘distruct’.
Di memori saya yang teringat adalah
sebersit angka 707 (karena di hari sebelumnya saya memang menumpang menginap di
hotel tempat teman saya menginap yang kebetulan sedang mendapat tugas dinas
luar negeri, di kamar 707). Saya yang sampai di apartemen terlebih dahulu, kemudian dengan
spontan saya mencari kamar bernomor 707. Di perduaan koridor saya berbelok ke
kanan diikuti dengan sekelompok siswa di belakang saya, tepat di ujung koridor itulah
terdapat dua pintu kamar dengan angka masing-masing 707 dan 708.
Terlihat sebuah kunci menggantung
persis di lubang kunci pintu kamar 707, saya tak berfikir panjang untuk segera
membuka pintu, dengan asumsi bahwa mungkin sengaja ditinggalkan kunci disitu
oleh pengurus kamar karena kami akan segera check in. Semua siswa yang bersama saya juga sudah tidak
sabar ingin masuk kamar dan beristirahat karena sudah cukup lelah.
Kemudian apa yang terjadi ??
setelah mencoba beberapa kali memutar kunci, pintu tak kunjung terbuka, ada
seorang siswa yang mencoba membantu saya. Ia memutar kunci kearah yang berbeda.
Tak disangka bukan pintu semakin mudah terbuka tapi justru yang terdengar
adalah suara gonggongan anjing yang cukup keras dari dalam kamar. Dengan serta
merta semua siswa di belakang saya berbalik arah dan lari tunggang langgang, demikian
juga saya, sebagian juga berteriak karena kaget. Sementara itu, kelompok siswa
lainnya tepat tiba di ujung lorong bersama dengan Bu Yuni ikut kaget melihat
kami berlarian tak terarah.
(unforgettable experience day 1)
Akses menuju apartemen Fahrenheit di Lt. 5 |
Right Room 705 |
Quote of first day :
Kehati-hatian dan ketelitian adalah keharusan dalam tindakan, tak boleh hanya sekedar prasangka yang bisa berakibat tak terduga.
*travelling adalah miniatur kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar