Insight the movie
Pesawat kertas yang mengantarkan seorang
anak (Dylan Webber ) pada mimpinya.
Satu
Ya… setiap orang pasti memiliki
mimpi dalam perjalanan hidupnya. Mimpi yang terencana atau muncul tiba-tiba
ketika seseorang tersadar akan potensi yang dimiliki oleh dirinya.
Untuk mencapai mimpi itu kita akan mengusahakan segala hal
dengan maksimal. Dalam prosesnya kita mungkin terjatuh, mungkin terluka,
mungkin melewati berbagai rintangan dari tingkat termudah sampai dengan yang
sulit. Dimana semua hal itu membuat kita semakin dekat dengan mimpi.
Semakin banyak hal yang kita
lewati membuat kita semakin berpengalaman menghadapi apapun, hingga ketahanan
kita sampai dengan titik terakhir mengantarkan pada mimpi yang kita tuju.
Tak cukup hanya dengan
pengalaman, tapi juga teriring akhlak yang baik dan santun. Sehingga setiap
orang disekitar kita akan membantu mewujudkan mimpi itu.
Dan jika akhirnya mimpi tercapai,
maka ketercapaian itu bukanlah hasil egosime pribadi tetapi karena kemanfaatan
untuk banyak orang.
Dua
Dalam dunia pendidikan, setiap
orang punya peran masing-masing mendukung proses pendidikan siswa (student)_in
other word : pendidikan anak_, ini seharusnya bukan hanya tugas guru, guru
berperan sebagai fasilitator belajar siswa di sekolah sesuai dengan kemampuan
dan potensi yang dimiliki.
Orang tua tentu saja punya peran
yang lebih besar di rumah sebagai fasilitator belajar dari kehidupan
keluarganya, Ayah memberi nafkah untuk memfasilitasinya secara materi menggapai
mimpi dan mengembangkan potensi. Ibu mengajarkan bekal dasar hidup yang sampai
kapanpun akan teringat oleh sang anak. Dan anak memiliki ekspektasi tertentu
dari orang tua : presensi (hadir), motivasi, diskusi, keterlibatan, apresiasi
dalam setiap tahap proses belajar mereka.
Dalam film Paper Plane, Dylan
berharap ayahnya ikut berperan dalam prosesnya menggapai mimpinya dalam
kejuaraan Paper Plane tingkat regional hingga internasional. Ayahnya ‘belum
selesai’ dengan dirinya, sehingga Dylan pergi menemui kakeknya sebagai
pengganti sosok ayahnya yang belum ‘hadir’ dan terlibat.
Teman-teman sebaya berperan dalam
proses sosialisasi perkembangan anak. Terkadang ‘bully’ yang diperoleh dari
teman-temannya bisa menjadi sarana belajar anak untuk menyelesaikan masalahnya secara
sosial dengan temannya. Mencari solusi bersama untuk berdamai dengan keadaan
dan memulai persahabatan baru.
Selalu bersahabat dengan siapa
saja, berasal dari mana saja dan latar belakang apa saja. Bahkan bersahabat
dengan teman yang berlaku kurang baik terhadapnya.
Dylan bersahabat dengan Kevin
(yang semula membullynya), Jason Jones (yang selalu meremehkannya saat membuat
Paper Plane), Kimi Muroyama (yang mengajarkan teknik membuat Paper Plane),
Clive (Burung elang tempat belajarnya di alam ‘how to make Paper Plane’ fly).
Maka ‘pembentukan’ seorang anak
adalah hasil fasilitasi banyak pihak, hasil dirinya melalui berbagai pengalaman
dalam hidupnya, interaksinya dengan lingkungan sosial. Orang tua utamanya,
‘ring’ terdekat tempat ia memulai segala harapannya.
That's the way for build new generation
Referensi :
QS Luqman : 12-19
Paper Plane Movie
Wallohu ‘alam.