Senin, 07 September 2015

PAPER PLANE




Insight the movie
Pesawat kertas yang mengantarkan seorang anak (Dylan Webber ) pada mimpinya.
Satu
Ya… setiap orang pasti memiliki mimpi dalam perjalanan hidupnya. Mimpi yang terencana atau muncul tiba-tiba ketika seseorang tersadar akan potensi yang dimiliki oleh dirinya.
Untuk mencapai  mimpi itu kita akan mengusahakan segala hal dengan maksimal. Dalam prosesnya kita mungkin terjatuh, mungkin terluka, mungkin melewati berbagai rintangan dari tingkat termudah sampai dengan yang sulit. Dimana semua hal itu membuat kita semakin dekat dengan mimpi.
Semakin banyak hal yang kita lewati membuat kita semakin berpengalaman menghadapi apapun, hingga ketahanan kita sampai dengan titik terakhir mengantarkan pada mimpi yang kita tuju.
Tak cukup hanya dengan pengalaman, tapi juga teriring akhlak yang baik dan santun. Sehingga setiap orang disekitar kita akan membantu mewujudkan mimpi itu.
Dan jika akhirnya mimpi tercapai, maka ketercapaian itu bukanlah hasil egosime pribadi tetapi karena kemanfaatan untuk banyak orang.
Dua
Dalam dunia pendidikan, setiap orang punya peran masing-masing mendukung proses pendidikan siswa (student)_in other word : pendidikan anak_, ini seharusnya bukan hanya tugas guru, guru berperan sebagai fasilitator belajar siswa di sekolah sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Orang tua tentu saja punya peran yang lebih besar di rumah sebagai fasilitator belajar dari kehidupan keluarganya, Ayah memberi nafkah untuk memfasilitasinya secara materi menggapai mimpi dan mengembangkan potensi. Ibu mengajarkan bekal dasar hidup yang sampai kapanpun akan teringat oleh sang anak. Dan anak memiliki ekspektasi tertentu dari orang tua : presensi (hadir), motivasi, diskusi, keterlibatan, apresiasi dalam setiap tahap proses belajar mereka.
Dalam film Paper Plane, Dylan berharap ayahnya ikut berperan dalam prosesnya menggapai mimpinya dalam kejuaraan Paper Plane tingkat regional hingga internasional. Ayahnya ‘belum selesai’ dengan dirinya, sehingga Dylan pergi menemui kakeknya sebagai pengganti sosok ayahnya yang belum ‘hadir’ dan terlibat.
Teman-teman sebaya berperan dalam proses sosialisasi perkembangan anak. Terkadang ‘bully’ yang diperoleh dari teman-temannya bisa menjadi sarana belajar anak untuk menyelesaikan masalahnya secara sosial dengan temannya. Mencari solusi bersama untuk berdamai dengan keadaan dan memulai persahabatan baru.
Selalu bersahabat dengan siapa saja, berasal dari mana saja dan latar belakang apa saja. Bahkan bersahabat dengan teman yang berlaku kurang baik terhadapnya.
Dylan bersahabat dengan Kevin (yang semula membullynya), Jason Jones (yang selalu meremehkannya saat membuat Paper Plane), Kimi Muroyama (yang mengajarkan teknik membuat Paper Plane), Clive (Burung elang tempat belajarnya di alam ‘how to make Paper Plane’ fly).
Maka ‘pembentukan’ seorang anak adalah hasil fasilitasi banyak pihak, hasil dirinya melalui berbagai pengalaman dalam hidupnya, interaksinya dengan lingkungan sosial. Orang tua utamanya, ‘ring’ terdekat tempat ia memulai segala harapannya.
That's the way for build new generation

Referensi :
QS Luqman : 12-19
Paper Plane Movie
Wallohu ‘alam.